Namanya mendadak banyak disebut-sebut saat pertengahan tahun 2011 lalu. Majalah FHM Indonesia menampilkan Chantal dalam sisi yang mengejutkan banyak orang. Terbiasa dikenal sebagai pembaca berita dengan pakaian blazer nan rapi dan serius, di situ Chantal tampil dengan bra dan rok high-waisted atau lingerie slip. Ada geger selama beberapa hari, terutama di dunia maya, meng-akibatkan munculnya ‘kepedulian sosial’ yang guyub pada tubuh Chantal.
Tapi apa kata si empunya badan? Ia santai berucap, “Saya heran kenapa jadi ramai, karena [model] sebelumnya juga lebih hot. Mungkin karena selama ini orang lihatnya aku pakai blazer, mereka pikir aku kalau tidur juga pakai blazer, ha-ha-ha.”
Ia mengaku sudah lama diajak untuk pemotretan di majalah FHM oleh sang pemimpin redaksi Richard Sambera, tapi selalu diurungkan karena ia merasa tidak percaya diri. “Aduh, masih gendut, baru melahirkan, ada stretchmark di perut. Setelah ngobrol dengan Richard, jalan keluarnya adalah dengan pakai celana atau rok high-waisted. Sebetulnya sesederhana itu. Tapi entah kenapa jadi ramai banget,” ujarnya.
Semenjak itu, nama Chantal seolah sinonim dengan seksi. Masukkan namanya di Google, dan foto-foto itu seperti tak pernah tergeser dari hasil pencarian teratas. Ini tak lantas membuat Chantal risau. Ia menyatakan tak peduli dengan pikiran orang-orang akan dirinya.
“Tidak apa. Namanya juga manusia. Mungkin dulu mereka lihat [saya] yang serius. Pikiran tiap-tiap orang bermacam-macam. Saya juga tidak terlalu peduli akan pikiran orang. Saya jalani dan kerjakan apa yang saya bisa,” katanya. Chantal kemudian mengutip perkataan salah satu produsernya di SindoTV, “Dia bilang, ‘If you got it, flaunt it.’ Saya masih muda. Kalau umur 70 tahun pakai lingerie, mungkin bisa bikin sakit mata. Tapi mumpung masih bisa dibanggakan, why not?”
Chantal Della Concetta lahir tahun 1980 di Bandung, juga besar di kota yang sama. Rumahnya di Rancakendal, Dago, dekat dengan area sawah. Maka Chantal kecil terbiasa main ke sawah, sungai, kebun yang ada di sekitar rumahnya. Kegiatan kegemaran yang diingatnya adalah menangkap ikan dan memanjat pohon.
Chantal adalah anak kedua dari tiga bersaudara perempuan. Kakaknya berbeda usia satu setengah tahun darinya, sementara sang adik lebih muda empat tahun. Saya bertanya, apa rasanya punya saudara sesama perempuan. Ia menjawab sigap, “Dulu sering berantem di rumah, ha-ha-ha.” Karena dulu Chantal paling montok di antara ketiganya, ia sering diledek. Termasuk untuk hal pinjam-meminjam baju. “Mereka dengan mudah bisa pinjam baju saya. Tapi giliran saya yang mau pinjam baju mereka, langsung keluar ucapan, ‘Jangan! Nanti melar!’ Ha-ha-ha,” tutur Chantal. Itu sekarang berubah, menurutnya. Kini ia merasa hubungan ketiganya lebih dekat, “Lebih enak untuk curhat.” Sang adik, Marischka Prudence, kebetulan kini juga menjadi reporter di Metro TV.
Sekolah dasar sampai sekolah menengah atas dijalaninya di Bandung, yang berlanjut ke kuliah di jurusan Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, yang dipilih supaya tidak bertemu dengan pelajaran matematika. Selain itu, hubungan internasional, menurutnya, mengasyikkan dengan jaminan bisa bertemu banyak orang dan mempelajari politik negara, termasuk bahasa asing.
Lulus dari Unpar, Chantal bergabung dengan Metro TV mulai tahun 2003, menjadi reporter dan pembawa acara berbagai program seperti Headline News dan Suara Anda. Namanya mulai dikenal berkat liputan beberapa kejadian penting, baik lokal maupun internasional, seperti bencana tsunami Aceh (2004) dan pemakaman Paus Johannes Paulus II di Vatikan (2005). Dua peristiwa tersebut dicatat sebagai yang berkesan bagi Chantal.
Ia mendarat di Aceh dalam hitungan hari setelah bencana tsunami terjadi. Turun dari pesawat, bau mayat tercium jelas, jalanan gelap, dan kantong-kantong mayat bergeletakan di pinggir jalan. Di sana dia melihat sendiri dampak besar petaka maut ini. “Saya bertemu dan ngobrol dengan para korban. Kita nggak akan bisa membayangkan sedihnya seperti apa. Kehilangan seorang anggota keluarga saja sudah pasti sedih, ini kehilangan sampai berbelas atau berpuluh anggota keluarga,” ingatnya.
Suasana yang sangat emosional saat itu mengingatkan Chantal bahwa sebagai reporter, ia dituntut untuk tetap bersikap profesional. “Saya harus tetap menyampaikan pesan-pesan penting, tentang kebutuhan-kebutuhan masyarakat di sana. Misalnya bahwa mereka bukan sekadar membutuhkan sembako, tapi hal seperti sanitasi perempuan itu terlupakan.”
News anchor favoritnya adalah Christiane Amanpour dan Anderson Cooper. Keduanya dikenal sebagai anchor kawakan CNN. Menurutnya, gaya mereka berbeda. Walau terkesan santai, namun tetap berwibawa dan serius. “Lebih human,” katanya. Chantal juga berujar bahwa ia tidak ingin punya idola, dengan alasan mengidolakan seseorang berisiko pada meniru gaya sang idola itu. “Saya hanya senang lihat atau nonton mereka, tapi kalau ditanya ingin jadi seperti siapa, saya nggak ingin. Kita tidak perlu meniru-niru orang, karena nanti jatuhnya malah jadi copycat, atau siapa wannabe.”
0 comments:
Posting Komentar
Udahan ? Yo wis....kasih komentar dong artis yang laen, ditunggu ya ?